Minggu, 26 Februari 2012

LOTUS BIRTH


LOTUS BIRTH …according to me…
Lotus Birth, mungkin bagi awam terdengar masih asing ya? Saya saja yang mahasiswi kebidanan baru mendengarnya kemarin sehari sebelum seminar Lotus Birth.  Saya mencoba mencari info, menelusuri mbah google..apaan sih lotus birth itu? Terus knp pake itu? Apa untungnya sih? Ironis bgt mahasiswi kebidanan seperti saya ga tau lotus birth yg udah booming sejak kemarin hari. Hehehehe
Semua pertanyaan saya akhirnya terjawab juga pada saat seminar “The Amazing of Lotus Birth” 4 Desember kemarin di Hotel Gajah Mada Malang. Wah, sungguh narasumbernya..ada Bu jenny dengan aksi demonya membantu persalinan dg sangat lihai. Ada dr. Pua Librana yg membuat saya jd mengidolakan beliau dg sikapnya yg anggun, lincah tp ttp joke dlm performnya. Serta kekaleman tamu special pakarnya lotus birth&water birth tidak lain tidak bukan adlh dr. I. Nyoman Hariyasa Sanjaya .
Seminar yg dihadiri sekitar 550 peserta yg kesemuanya itu adalah bidan dan mahasiswa akbid..membuat saya berasa sesak. Wow, amazing! Bu Bidan banyak juga ya…saingan gua banyak juga yaa. Hahhaa #meraba dada, sekaligus mbatin.
Ah tak apalah yg pnting ilmunya sudah saya dapetin dan inilah konsep dlm  otak saya. Lotus Birth adalah proses kelahiran tanpa mengklem/memotong tali pusat dan membiarkan plasenta tetap berada bersama bayi buat nemenin hari-harinya si bayi sampai akhirnya si plasenta mengering dg sendirinya dan si tali pusat terlepas. (versi saya)
Can you imagine that?????
Bagaimana gambaran ato bayangan anda??
Kalo saya pribadi msh mengambang tdk paten krn blm terjun lgsung dlm penanganan utk proses Lotus Birth. Dan saya hampir tdk bisa menerimanya. Ya..mungkin krn jiwa saya msh jiwa jiwa darah muda jd agak sulit mencerna. Serta blm pernah ada pengalaman, jd agak sulit membayangkan. I think..lotus birth itu meribetkan…tidak mengklem tali pusat n membiarkan plasenta ttp berada di samping bayi????hemsss…bayangkan, bayi segitu+tali pusatnya+plasentanya segitu. Ah, bikin movement limitation aja. Ditambah lagiii…plasenta itu serem loh…….sumpah deh! Walopun saya cuma browsing lewat internet bbrapa gambar plasenta…ttp aj ga ad kata buat menyangkal kalo plasenta lucu. Hahaha, Semoga aj pas ketemu aslinya nanti ga bikin pingsan.
Lotus Birth saya istilahkan sbg sebuah budaya. Menurut sejarah manusia, budaya lotus birth ini muncul atau booming di Amerika. Dan jangan salah…di Bali juga lho…maksudnya sbg generasi perintis kedua.
Lotus Birth sebenarnya sejak jaman dahulu kala suda ada sebelum Albert Einstein, Pak Karno, Pak Habibie ato sapa ajalah orang-orang hebat dilahirkan. Apa jangan-jangan beliau-beliau itu juga ikutan proses lotus birth ya pas kelahirannya. Hems, yaa mungkin saja. Wallohua’lam kita juga ga tau. Yg jelass…lotus birth itu budaya dari SIMPANSE. Wow, ga nyangka toh? Samaa..saya jugaa..namun kurangnya di sini pas lahiran simpanse ga bisa ngasih istilah itu lotus birth ato simpanse birth. Yg ad dlm main mereka adalah yg pnting keturunanku lahir dg normal meski ga ada sampe sekarang bidan khusus buat simpanse. Hehhehe
Ternyata lotus birth ga seribet yg saya bayangkan. Justru malah simple banget. Mungkin selama ini awam khususnya ibu-ibu sehabis melahirkan lebih memilih, “Iya Bu Bidan…tali pusatnya dipotong aja” kemudian dicucilah si plasenta, dimasukkan ke kendi, dikubur di halaman rumah, kalo bayinya cewek dikubur di sebelah kiri atau dihalaman belakang rumah. Kalo bayinya cowok, ari-ari dikubur di sebelah kanan atau halaman depan rumah. (adat jawa khususnya)
Sebenarnya banyak kok adat-adat yang membiasakan dan menyarankan dalam perawatan ari-ari setelah pengkleman atau pemotongan tali pusat. Bermacam-macam, beraneka ragam. Hanya saja yang jadi permasalahan baru-baru ini adalah adanya klem ato memotong tali pusat yang menurut riset masih mengarah pada peningkatan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi). Yups, AKB khususnya ……
Kenapa harus diklem ato dipotong????
Pada saat setelah kelahiran banyak para ibu selain pasrah dg perlakuan bu bidannya, juga mereka lebih memilih berfikir dan mengambil tindakan lebih simple. Mereka berpersepsi dengan “Cut tali pusat!” simple toh?
Ooohh, tidak bisa …yang harus ibu tahu…seandainya itu si bayi bisa langsung bicara A, I, U, E, O…pastinya setelah dia lahir akan bilang..”STOP mom! Don’t cut my string center! Please….#hahha bayi lebai
Tapi memang benar. Pastinya dia akan dg keras menolaknya. Karena, plasenta adalah satu kesatuan raga si bayi selama 9 bulan dlm rahim. Bagaimanakah prosesnya??yg pasti…..plasenta mensupply darah, distributor handall, and..plasenta is container anti infeksi.
Kembali ke lotus birth….
Lotus birth ……back to nature. Why??ya..krn emang sungguh bnr2 alami bgtt. Karena tdk ada tuntutan, pembantaian (pengkleman n pemotongan tali pusat)…membiarkan semuanya berjalan secara alami.
Kalo kata dr. IN. Hariyasa Sanjaya .. “kalo pohon saja, dengan sendirinya menggugurkan daunnya mengapa kita memaksanya dengan cara memetik daunnya? nah begitulah sama halnya dengan Plasenta. Kalo tali pusat saja, bisa terlepas dengan sendirinya…mengapa kita harus mengklem/memotongnya???
Hems, bayangkan kita punya anggota tubuh yg sejak lama bergandengan terus, hingga suatu ketika ada permintaan untuk memotongnya…waaah ga bisa ngebayangin gmn sakitnyaaa. Ya itulah gambaran khas dari tindakan pengkleman ato pemotongan tali pusat bayi yg mana sejak 9bulan bahkan lebih telah menemani bayi itu dalam tempat yg kokoh yakni rahim. Dipotong=sakit. Harga mati dah!
Jangan dipaksain deh buk. Karena..kalo anda tahu bahwa tindakan lotus birth ini lebih banyak manfaat dan lebih simple…pasti anda (khususnya ibu) akan bersemangat untuk membiarkan si ari-ari tetap hidup walo hanya beberapa hari bersama si bayi.
Yaa mungkin mainset kita aja yang perlu dibiasakan dan dilatih agar tidak lagi berfikir kalo dg pengkleman ato pemotongan tali pusat itu lebih tidak ribet. Kenapa saya, anda (mungkin), ibu-ibu, masyarakat pernah berfikir kalau dg pengkleman ato pemotongan tali pusat itu membuat tdk ribet karena..pertama, kita berfikir si ibu tidak akan diribetkan lagi dg panjangnya tali pusat. Kedua, si ibu tidak perlu lagi merawat plasenta sehingga bisa sepenuhnya konsen pada bayi. Ketiga, sanak sodara, tetangga, ato sapa saja bisa kapan aja nengok si bayi….tapi ternyata keuntungan seperti itu menurut sadar pikir saya sekarang…itu semua tidak sejati. (bagi yg mau berfikir)
Justru…..pengkleman ato pemotongan tali pusat bikin ribet. Kenapaa??? Karenaa…..menurut saya, pertama, ribet alat (pada saat lahiran, mengklem ato memotong tali pusat harus search alat, prepare alat, dan….kalo bidannya ga ahli apalagi ga bisa mngoperasikan klem…#naudzubillah. huh malah bikin duakali tambah ribet. Super ribet! Kedua, iya kalo alatnya steril…kalo ga??? Ya kan manusia ada teledornya juga..apalagi duluuuu bgt msh jamannya pake bamboo..wow, ekstream! ketiga, butuh ekstra perawatan untuk tali pusat yg udah dipotong. Yg ganti kasa lah, dikasih obatlah biar cepet kering, yg ga boleh kesenggol lah, heleuh ribet bgt….keempat, dijamin..bayi ga bisa nyaman. Selain adanya rasa sakit, juga adanya rasa kehilangan sodaranya (plasenta). Kelima, lama keringnya. Ada sekitar 7-10 hari sudah kering. Bahkan ada yg dua minggu lebih.
Nah, kemarin itulah dr. Hariyasa Sanjaya mengajak kita semua merubah mainset persalinan. Dimana kita harus lebih mendekat dengan alam, fernomena yg dibuat alam untuk kita aplikasikan pada improvisasi kehidupan kita agar lebih baik dan meminimalisir kesalahan kita terhadap apa yg sudah pernah kita lakukan. Kalo dalam ilmu kedokteran ada istilah “….percaya hari kemarin, dilupakan hari ini. Percaya di hari ini, ditertawakan hari esok….”so, kita harus sering update berita yaaa ^.^
Yuk kita kenal lotus birth! Seperti apa sih? N mengapa?
Why must lotus birth???
  1. Tidak adanya keinginan si ibu untuk memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong tali pusat.
  2. Supaya proses transisi bayi terjadi dg lembut dan damai. Karena, plasenta mempunyai fase, fase plasenta adalah transfuse. Fase graduil transisi dalam proses adaptasi.
  3. Fakta ilmiahnya lotus birth: memberikan supply darah pada bayi dan meminimal adanya anemic pd bayi ato janin. 100% volume darah optimal si bayi terjamin.
  4. Merupakan suatu penghormatan karena tidak memisahkan si bayi dg sodaranya (plasenta).
  5. Meminimal AKB.
  6. Alasan rohani ato emosional.
  7. Tradisi budaya.
  8. Tdk khawatir gimana mengklem, memotong, mengikat tali pusat.
  9. Menurunkan resiko infeksi.
  10. Luka diperut cepat kering.
  11. Bisa dipastikan bayi merasa aman, nyaman.
Jika diskemakan antara pemotongan tali pusat SEGERA versus DITUNDA…SEGERA>>sepsis dan kematian meningkat peluangnya. DITUNDA>>kekawatiran neonatal uterus (BUT NOTHING).
Seperfectnya seseorang jika dipandang…pastinya memiliki sisi kelemahan. Begitu juga dg lotus birth. Ternyata..bisa juga mengalami kegagalan ketika retersio plasenta seperti, pertama, tali pusat pendek>>namun tetap bisa dilakukan lotus birth dan tetap ada upaya komunikasi ibu dengan bayi yakni dg skin to skin contact. Kedua, lilitan tali pusat>>ini membutuhkan skil dari si penolong, setrampil dan sekreatifnya dalam mengatasi problem tersebut. Namun, secara garis besar dua permasalahan di atas masih bisa diatasi sehingga lotus birth masih tetap berkesan SEMPURNA ……
Yg paliiiing mmbuat saya berkesan ttg lotus birth dari pernyataan dr. Hariyasa Sanjaya adalah lotus birth is gantle birth. “nature can not do wrong, but human produced a lot of mistake”
Tentang sebuah fenomena: seorang mahasiswa yg menyaksikan proses kepompong>kupu-kupu dalam cangkang>mahasiswa help it with pinset, but hasilnya KECEWA. Kupu-kupu itu justru tidak bisa terbang. Mahasiswa bingung. He said, “what happened??”
Seorang dosen menjelaskan: itu salah kamu. Kenapa kamu membantunya dg pinset? Kamu tahu apa yg terjadi? Pada saat cangkang diperlebar oleh usaha kamu…pada saat itulah tdk ada kesempatan pd kupu-kupu untuk memperkuat otot-otot sayapnya. Nah, layaknya fenomena itulah yg dilakukan pada bayi-bayi kita sekarang.
 Jadi………..kembalikan semuanya, serahkan semuanya pada alam….karena alam tidak pernah salah……….

Nb: jika ada pernyataan di atas yg kurang benar (mungkin informasi yg kurang tepat ato tdk sesuai), mohon utk kritikan dan saran serta masukannya.
Terimakasih-
Salam sayang__Tul

Senin, 05 Desember 2011

Air Mata Menangis Bersihkan Emosi Kesakitan

Menangis merupakan suatu hal yang manusiawi, baik menangis saat sedih atau karena terharu dan bahagia. Tapi ternyata air mata menangis juga memiliki manfaat bagi tubuh yaitu untuk membersihkan emosional.

menangis

Saran yang menyebutkan bahwa laki-laki atau perempuan yang sudah besar tidak boleh menangis bukanlah ide yang bagus. Karena psikolog dan peneliti menyebutkan menangis dan mengeluarkan air mata bisa menjadi pelepasan emosi yang sehat, terutama jika mengalami rasa sakit yang mendalam, kesedihan, kemarahan atau stres.

Sebuah studi tentang menangis menemukan bahwa 9 dari 10 orang menemukan air mata sebagai cara yang baik untuk melepaskan perasaan terpendam, menimbulkan perasaan lega dan terapis menuturkan bahwa menangis baik untuk kondisi pasiennya.

Meski begitu manfaat utama dari menangis adalah sebagai catharsis atau membersihkan perasaan melalui pelepasan emosional. Karena ketika seseorang menangis maka ia melepaskan ketegangan, kesedihan atau emosional lain yang bisa menyebabkan rasa sakit, seperti dikutip dari Everydayhealth, Rabu (4/5/2011).

Dalam banyak hal menangis memungkinkan seseorang untuk menghilangkan emosi yang terbangun akibat banyaknya tekanan dalam diri. Ketika air mata diinduksi maka akan melepaskan perasaan buruk menjadi lebih baik, meningkatkan suasana hati, serta membuat ikatan tumbuh lebih kuat yang meningkatkan kedekatan.

Selain itu air mata yang dihasilkan dari tipe menangis karena emosi mengandung 24 persen protein albumin yang berguna dalam meregulasi sistem metabolisme tubuh dibanding air mata yang dihasilkan dari iritasi mata, serta menurunkan kadar hormon stres.

Para peneliti telah menemukan bahwa menangis bisa meningkatkan kesehatan emosional, dan kondisi tertentu diperlukan untuk menunjang hal tersebut seperti:

1. Orang yang menerima dukungan emosional ketika menangis bisa meningkatkan pembersihan emosional lebih baik dibanding orang yang menangis sendirian. Untuk itu carilah teman, anggota keluarga atau kekasih yang bisa dipercaya.
2. Seseorang sebaiknya menangis ketika berhasil memecahkan masalah, tapi jika orang menangis sebelum masalahnya terselesaikan akan membuatnya ingin terus menangis dan tidak mendapat manfaat selain perasaan yang lebih buruk. Sedangkan menangis setelah masalah selesai akan membuat perasaan menjadi lebih baik.
3. Pastikan untuk menangis di tempat yang tepat. Orang akan mengalami rasa malu ketika menangis di tempat yang salah dan tidak akan meningkatkan suasana hati. Jika merasa buruk untuk menangis di tempat umum, cobalah untuk menahannya dan pergi ke tempat lain yang lebih baik.
4. Menangis mungkin akan kurang membantu jika memiliki gangguan suasana hati (mood disorder). Jika merasa lebih buruk setelah menangis, cobalah untuk menemui dokter atau terapis untuk tahu apakah memiliki mood disorder atau tidak.

Senin, 26 September 2011

Pemeriksaan fisik pada orang dewasa yang melibatkan IPPA


Terdapat empat teknik pengkajian yang secara universal diterima untuk digunakan selama pemeriksaan fisik: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Teknik-teknik ini digunakan sebagai bingkai kerja yang menfokuskan pada indera penglihatan, pendengaran, sentuhan dan penciuman.
INSPEKSI
Langkah pertama pada pemeriksaan pasien adalah inspeksi, yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan metode tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai pasien. Secara formal, pemeriksa menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk melihat pasien secara seksama, persisten dan tanpa terburu-buru.
PALPASI
Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan. Palpasi struktur individu,baik pada permukaan maupun dalam rongga tubuh, terutama pada abdomen, akan memberikan informasi mengenai posisi, ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas/gerakan komponen-komponen anatomi yang normal, dan apakah terdapat abnormalitas misalnya pembesaran organ atau adanya massa yang dapat teraba. Pada awal selalu digunakan palpasi ringan, dan kekuatan palpasi dapat ditingkatkan terus sepanjang pasien dapat menoleransi. Jika pada awal palpasi, anda melakukan terlalu dalam, anda mungkin melewatkan dan tidak mengetahui jika terdapat lesi permukaan dan palpasi anda akan mengakibatkan rasa nyeri yang tidak perlu pada pasien. Palpasi ringan bersifat superfisial, lembut dan berguna untuk menilai lesi pada permukaan atau dalam otot. Juga dapat membuat pasien relaks sebelum melakukan palpasi medium dan dalam. Untuk melakukan palpasi ringan, letakkan/tekan secara ringan ujung jari anda pada kulit pasien, gerakkan jari secara memutar. Palpasi medium untuk menilai lesi medieval pada peritoneum dan untuk massa, nyeri tekan, pulsasi (meraba denyut), dan nyeri pada kebanyakan struktur tubuh. Dilakukan dengan menekan permukaan telapak jari 1-2 cm ke dalam tubuh pasien, menggunakan geraka sirkuler/memutar. Palpasi dalam digunakan untuk menilai organ dalam rongga tubuh, dan dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan. Jika dilakukan dengan dua tangan, tangan yang di atas menekan tangan yang di bawah 2-4 cm ke bawah dengan gerakan sirkuler. Bagian yang nyeri atau tidak nyaman selalu dipalpasi terakhir. Kadang, diperlukan untuk membuat rasa tidak nyaman atau nyeri untuk dapat benar-benar menilai suatu gejala.
PERKUSI
Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk permukaan tubuh secara ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan atau udara di bawahnya. Ada dua metode perkusi, langsung (segera) dan tak langsung (diperantarai). Perkusi diperantarai (tak langsung) adalah metode yang menggunakan alat pleksimeter untuk menimbulkan perkusi. Dari sejarahnya, pleksimeter adalah palu karet kecil, dan digunakan untuk mengetuk plessimeter, suatu obyek padat kecil (biasanya terbuat dari gading), yang dipegang erat di depan permukaan tubuh. Ini merupakan metode yang disukai selama hampir 100 tahun, tetapi pemeriksa merasa repot untuk membawa peralatan ekstra ini. Sehingga, perkusi tak langsung, menggunakan jari telunjuk dan jari tengah atau hanya jari tengah satu tangan bertindak sebagai pleksimeter, yang mengetuk jari tengah tangan yang lain sebagai plessimeter, berkembang menjadi metode pilihan sekarang. Kini, jari pasif (plessimeter) diletakkan dengan lembut dan erat pada permukaan tubuh, dan jari-jari lainnya agak terangkat di atas permukaan tubuh untuk menghindari berkurangnya suara. Pleksimeter, mengetuk plessimeter dengan kuat dan tajam, di antara ruas interphalangeal proksimal. Setelah melakukan ketukan cepat, jari segera diangkat, agar tidak menyerap suara. Perkusi langsung dan tak langsung juga dapat dilakukan dengan kepalan tangan. Perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari tangan yang dominan yang kemudian mengetuk permukaan tubuh langsung. Perkusi langsung kepalan bermanfaat untuk toraks posterior, terutama jika perkusi jari tidak berhasil. Pada perkusi tak langsung dengan kepalan, plessimeter menjadi tangan yang pasif, diletakkan pada tubuh ketika pleksimeter (kepalan dari tangan yang dominan) mengetuk. Kedua metode prekusi bermanfaat untuk menilai, misalnya, nyeri tekan costovertebral angle (CVA) ginjal.
AUSKULTASI
Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-paru, jantung, pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen. Umumnya, auskultasi adalah teknik terakhir yang digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk oleh thorax dan viscera abdomen, dan oleh aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular. Suara terauskultasi dijelaskan frekuensi (pitch), intensitas (keraslemahnya), durasi, kualitas (timbre) dan waktunya. Pemeriksa akan mengauskultasi suara jantung, suara tekanan darah (suara Korotkoff), suara aliran udara melalui paru-paru, suara usus, dan suara organ tubuh. Auskultasi dilakukan dengan stetoskop. Auskultasi adalah keterampilan yang mudah dipelajari tapi sulit interpretasinya. Pertama, suara normal yang bermacam-macam harus dipelajari sebelum dapat membedakan mana suara yang abnormal dan ektra. Ketika menggunakan stetoskop, kurangi suara-suara eksternal yang mengganggu dan suara artefak. Tutup mulut anda dan, jika endpiece telah diletakkan pada permukaan tubuh, tutup mata anda dan berkonsentrasilah. Dengan cara demikian, anda akan mengeliminasi suara yang ditransmisikan melalui mulut yang terbuka, yang dapat berfungsi seperti megaphone, dan gangguan akibat stimulasi visual terus menerus.


  1. Pengkajian pada Sistem Integumen
1.      Kulit, Rambut, Kuku
a.       Inspeksi: Melihat warna kulit, kuku, cacat warna, bentuk, memperhatikan jumlah rambut, distribusi dan teksturnya.
b.      Parpasi: Meraba suhu kulit, tekstur (kasar atau halus), mobilitas, meraba tekstur rambut.
  1. Pengkajian Kepala dan Leher
1.                Kepala
a.         Inspeksi: Kesimetrisan wajah dan tengkorak, warna dan distribusi rambut pada kulit kepala.
b.        Palpasi: Keadaan rambut, tengkorak, kulit kepala massa, pembengkakan, nyeri tekan.
2.                Mata
a.         Inspeksi: Bola mata, kelopak mata, bulu mata, kulit, keluasan mata membuka, konjungtiva dan sclera, warna dan ukuran iris, reaksi pupil terhadap cahaya, gerakan mata, lapang pandang (visus).
b.        Palpasi: Tekanan bola mata, nyeri tekan.
3.                Telinga
a.         Inspeksi: Telinga luar (bentuk, warna, masa).
b.        Palpasi: Jaringan lunak, jaringan keras, tragus.
4.                Hidung dan sinus-sinus
a.         Inspeksi: Bentuk hidung, keadaan kulit, kesimetrisan lubang hidung.
b.        Palpasi: Bagian luar hidung, mobilitas septum, sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus etmoidalis.
c.         Inspeksi hidung: Bagian dalam hidung.
5.                Mulut dan Faring
a.         Inspeksi: Bibir, gigi dan gusi, bau mulut atau kebersihan, lidah, selaput lendir mulut, faring.
b.        Palpasi: Pipi, palatum, dasar mulut, lidah.
6.                Leher
a.         Inspeksi: Bentuk kulit, tiroid.
b.        Palpasi: Kelenjar limfe, kelenjar tiroid, trakea.
  1. Pengkajian Dada dan Paru-Paru
a.         Inspeksi: Postur, bentuk, kesimetrisan ekspansi, keadaan kulit.
b.        Palpasi: Keadaan kulit dinding dada, nyeri tekan, masa, peradangan, kesimetrisan ekspansi, vibrasi yang dapat teraba.
c.         Perkusi: Bunyi perkusi paru normal disebut sonor.
d.        Auskultasi: Mengkaji kondisi paru-paru dan rongga pleura menggunakan stetoskop.
  1. Pengkajian Sistem Kardiovaskuler
a.         Inspeksi: Ketidaknormalan denyut atau dorongan
b.        Palpasi: Meraba area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada atau tidaknya pulsasi.
c.         Perkusi: Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar.
d.        Auskultasi: Mendengar detak jantung, bunyi jantung dapat didiskripsikan dengan “lup” “dup”.
  1. Pengkajian Payudara dan Ketiak
a.         Inspeksi: Ukuran, bentuk dan kesimetrisan payudara, normalnya (melingkar, agak simetris, dan dapat dideskripsikan kecil, sedang, besar), warna, lesi, vaskularisasi, dan edema pada kulit payudara, inspeksi warna aerola. Pada wanita hamil aerola berwarna lebih gelap, adanya penonjolan atau retraksi pada payudara dan putting susu akibat adanya skar atau lesi, adanya rabas, ulkus, pergerakan atau pembengkakan pada putting susu, amati arah kedua putting susu, inspeksi ketiak dan klavikula untuk mengetahui pembengkakan atau tanda kemerah-merahan.
b.        Palpasi: Meraba sekeliling putting susu untuk mengetahui adanya rabas. Bila ditemukan rabas, identifikasi sumber, jumlah, warna, konsestensi rabas tersebut dan nyeri tekan.
  1. Pengkajian Abdomen
a.         Inspeksi: Mengetahui bentuk dan gerakan-gerakan abdomen, kontur permukaan abdomen, adanya retraksi, penonjolan, serta ketidaksimetrisan.
b.        Palpasi: bentuk, ukuran, konsistensi organ, dan struktur di dalam abdomen.
c.         Perkusi: mendengar atau mendeteksi adanya gas, cairan, atau masa di dalam abdomen.
d.        Auskultasi: mendengar dua suara abdomen yaitu bising usus (peristaltic).




  1. Pengkajian Alat Kelamin
1.    Alat Kelamin Pria
a.         Inspeksi: Rambut pubis, penyebarannya dan pola pertumbuhannya, kulit, ukuran, adanya kelainan lain yang tampak pada penis, inspeksi skrotum dan perhatikan  bila ada tanda kemerahan, bengkak, ulkus, ekskoriasi, atau nodular.
b.        Palpasi: Nyeri tekan, benjolan, kemungkinan adanya cairan kental yang keluar, palpasi skrotum dan testis, perhatikan ukuran, konsistensi, bentuk, dan kelicinannya. Testis normal (teraba elastic, licin, tidak ada benjolan atau masa). Palpasi epididimis dari pucuk testis kebelakang. Normalnya (lunak). Palpasi saluran sperma yang terasa lebih keras daripada epididimis.
2.    Alat Kelamin Wanita 
a.         Inspeksi: Amati rambut pubis, distribusi dan jumlahnya, amati kulit dan area pubis, buka dan amati labia mayora, labia minora, klitoris, dan meatus uretra.
b.        Palpasi: Meraba dinding vagina untuk mengetahui adanya nyeri tekan. Palpasi serviks dan perhatikan posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan nyeri tekan.
  1. Pengkajian Sistem Muskuloskeletal (Otot, Tulang dan Persendian)
1.         Otot
a.       Inspeksi: Ukuran, amati otot dan tendon.
b.      Palpasi: Tonus otot, kelemahan (flaksiditas).
2.         Tulang
a.       Inspeksi: Amati susunan tulang dan deformitas
b.      Palpasi: Edema atau nyeri tulang.
3.         Persendian
a.       Inspeksi: Amati untuk mengetahui adanya gangguan persendian.
b.      Palpasi: Nyeri tekan, gerakan, bengkak, krepitasi, dan nodular.