Senin, 26 September 2011

Pemeriksaan fisik pada orang dewasa yang melibatkan IPPA


Terdapat empat teknik pengkajian yang secara universal diterima untuk digunakan selama pemeriksaan fisik: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Teknik-teknik ini digunakan sebagai bingkai kerja yang menfokuskan pada indera penglihatan, pendengaran, sentuhan dan penciuman.
INSPEKSI
Langkah pertama pada pemeriksaan pasien adalah inspeksi, yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan metode tertua yang digunakan untuk mengkaji/menilai pasien. Secara formal, pemeriksa menggunakan indera penglihatan berkonsentrasi untuk melihat pasien secara seksama, persisten dan tanpa terburu-buru.
PALPASI
Palpasi, yaitu menyentuh atau merasakan dengan tangan. Palpasi struktur individu,baik pada permukaan maupun dalam rongga tubuh, terutama pada abdomen, akan memberikan informasi mengenai posisi, ukuran, bentuk, konsistensi dan mobilitas/gerakan komponen-komponen anatomi yang normal, dan apakah terdapat abnormalitas misalnya pembesaran organ atau adanya massa yang dapat teraba. Pada awal selalu digunakan palpasi ringan, dan kekuatan palpasi dapat ditingkatkan terus sepanjang pasien dapat menoleransi. Jika pada awal palpasi, anda melakukan terlalu dalam, anda mungkin melewatkan dan tidak mengetahui jika terdapat lesi permukaan dan palpasi anda akan mengakibatkan rasa nyeri yang tidak perlu pada pasien. Palpasi ringan bersifat superfisial, lembut dan berguna untuk menilai lesi pada permukaan atau dalam otot. Juga dapat membuat pasien relaks sebelum melakukan palpasi medium dan dalam. Untuk melakukan palpasi ringan, letakkan/tekan secara ringan ujung jari anda pada kulit pasien, gerakkan jari secara memutar. Palpasi medium untuk menilai lesi medieval pada peritoneum dan untuk massa, nyeri tekan, pulsasi (meraba denyut), dan nyeri pada kebanyakan struktur tubuh. Dilakukan dengan menekan permukaan telapak jari 1-2 cm ke dalam tubuh pasien, menggunakan geraka sirkuler/memutar. Palpasi dalam digunakan untuk menilai organ dalam rongga tubuh, dan dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan. Jika dilakukan dengan dua tangan, tangan yang di atas menekan tangan yang di bawah 2-4 cm ke bawah dengan gerakan sirkuler. Bagian yang nyeri atau tidak nyaman selalu dipalpasi terakhir. Kadang, diperlukan untuk membuat rasa tidak nyaman atau nyeri untuk dapat benar-benar menilai suatu gejala.
PERKUSI
Perkusi, langkah ketiga pemeriksaan pasien adalah menepuk permukaan tubuh secara ringan dan tajam, untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur atau cairan atau udara di bawahnya. Ada dua metode perkusi, langsung (segera) dan tak langsung (diperantarai). Perkusi diperantarai (tak langsung) adalah metode yang menggunakan alat pleksimeter untuk menimbulkan perkusi. Dari sejarahnya, pleksimeter adalah palu karet kecil, dan digunakan untuk mengetuk plessimeter, suatu obyek padat kecil (biasanya terbuat dari gading), yang dipegang erat di depan permukaan tubuh. Ini merupakan metode yang disukai selama hampir 100 tahun, tetapi pemeriksa merasa repot untuk membawa peralatan ekstra ini. Sehingga, perkusi tak langsung, menggunakan jari telunjuk dan jari tengah atau hanya jari tengah satu tangan bertindak sebagai pleksimeter, yang mengetuk jari tengah tangan yang lain sebagai plessimeter, berkembang menjadi metode pilihan sekarang. Kini, jari pasif (plessimeter) diletakkan dengan lembut dan erat pada permukaan tubuh, dan jari-jari lainnya agak terangkat di atas permukaan tubuh untuk menghindari berkurangnya suara. Pleksimeter, mengetuk plessimeter dengan kuat dan tajam, di antara ruas interphalangeal proksimal. Setelah melakukan ketukan cepat, jari segera diangkat, agar tidak menyerap suara. Perkusi langsung dan tak langsung juga dapat dilakukan dengan kepalan tangan. Perkusi langsung kepalan tangan melibatkan kepalan dari tangan yang dominan yang kemudian mengetuk permukaan tubuh langsung. Perkusi langsung kepalan bermanfaat untuk toraks posterior, terutama jika perkusi jari tidak berhasil. Pada perkusi tak langsung dengan kepalan, plessimeter menjadi tangan yang pasif, diletakkan pada tubuh ketika pleksimeter (kepalan dari tangan yang dominan) mengetuk. Kedua metode prekusi bermanfaat untuk menilai, misalnya, nyeri tekan costovertebral angle (CVA) ginjal.
AUSKULTASI
Auskultasi adalah ketrampilan untuk mendengar suara tubuh pada paru-paru, jantung, pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen. Umumnya, auskultasi adalah teknik terakhir yang digunakan pada suatu pemeriksaan. Suara-suara penting yang terdengar saat auskultasi adalah suara gerakan udara dalam paru-paru, terbentuk oleh thorax dan viscera abdomen, dan oleh aliran darah yang melalui sistem kardiovaskular. Suara terauskultasi dijelaskan frekuensi (pitch), intensitas (keraslemahnya), durasi, kualitas (timbre) dan waktunya. Pemeriksa akan mengauskultasi suara jantung, suara tekanan darah (suara Korotkoff), suara aliran udara melalui paru-paru, suara usus, dan suara organ tubuh. Auskultasi dilakukan dengan stetoskop. Auskultasi adalah keterampilan yang mudah dipelajari tapi sulit interpretasinya. Pertama, suara normal yang bermacam-macam harus dipelajari sebelum dapat membedakan mana suara yang abnormal dan ektra. Ketika menggunakan stetoskop, kurangi suara-suara eksternal yang mengganggu dan suara artefak. Tutup mulut anda dan, jika endpiece telah diletakkan pada permukaan tubuh, tutup mata anda dan berkonsentrasilah. Dengan cara demikian, anda akan mengeliminasi suara yang ditransmisikan melalui mulut yang terbuka, yang dapat berfungsi seperti megaphone, dan gangguan akibat stimulasi visual terus menerus.


  1. Pengkajian pada Sistem Integumen
1.      Kulit, Rambut, Kuku
a.       Inspeksi: Melihat warna kulit, kuku, cacat warna, bentuk, memperhatikan jumlah rambut, distribusi dan teksturnya.
b.      Parpasi: Meraba suhu kulit, tekstur (kasar atau halus), mobilitas, meraba tekstur rambut.
  1. Pengkajian Kepala dan Leher
1.                Kepala
a.         Inspeksi: Kesimetrisan wajah dan tengkorak, warna dan distribusi rambut pada kulit kepala.
b.        Palpasi: Keadaan rambut, tengkorak, kulit kepala massa, pembengkakan, nyeri tekan.
2.                Mata
a.         Inspeksi: Bola mata, kelopak mata, bulu mata, kulit, keluasan mata membuka, konjungtiva dan sclera, warna dan ukuran iris, reaksi pupil terhadap cahaya, gerakan mata, lapang pandang (visus).
b.        Palpasi: Tekanan bola mata, nyeri tekan.
3.                Telinga
a.         Inspeksi: Telinga luar (bentuk, warna, masa).
b.        Palpasi: Jaringan lunak, jaringan keras, tragus.
4.                Hidung dan sinus-sinus
a.         Inspeksi: Bentuk hidung, keadaan kulit, kesimetrisan lubang hidung.
b.        Palpasi: Bagian luar hidung, mobilitas septum, sinus maksilaris, sinus frontalis, sinus etmoidalis.
c.         Inspeksi hidung: Bagian dalam hidung.
5.                Mulut dan Faring
a.         Inspeksi: Bibir, gigi dan gusi, bau mulut atau kebersihan, lidah, selaput lendir mulut, faring.
b.        Palpasi: Pipi, palatum, dasar mulut, lidah.
6.                Leher
a.         Inspeksi: Bentuk kulit, tiroid.
b.        Palpasi: Kelenjar limfe, kelenjar tiroid, trakea.
  1. Pengkajian Dada dan Paru-Paru
a.         Inspeksi: Postur, bentuk, kesimetrisan ekspansi, keadaan kulit.
b.        Palpasi: Keadaan kulit dinding dada, nyeri tekan, masa, peradangan, kesimetrisan ekspansi, vibrasi yang dapat teraba.
c.         Perkusi: Bunyi perkusi paru normal disebut sonor.
d.        Auskultasi: Mengkaji kondisi paru-paru dan rongga pleura menggunakan stetoskop.
  1. Pengkajian Sistem Kardiovaskuler
a.         Inspeksi: Ketidaknormalan denyut atau dorongan
b.        Palpasi: Meraba area aorta dan area pulmonal untuk mengetahui ada atau tidaknya pulsasi.
c.         Perkusi: Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar.
d.        Auskultasi: Mendengar detak jantung, bunyi jantung dapat didiskripsikan dengan “lup” “dup”.
  1. Pengkajian Payudara dan Ketiak
a.         Inspeksi: Ukuran, bentuk dan kesimetrisan payudara, normalnya (melingkar, agak simetris, dan dapat dideskripsikan kecil, sedang, besar), warna, lesi, vaskularisasi, dan edema pada kulit payudara, inspeksi warna aerola. Pada wanita hamil aerola berwarna lebih gelap, adanya penonjolan atau retraksi pada payudara dan putting susu akibat adanya skar atau lesi, adanya rabas, ulkus, pergerakan atau pembengkakan pada putting susu, amati arah kedua putting susu, inspeksi ketiak dan klavikula untuk mengetahui pembengkakan atau tanda kemerah-merahan.
b.        Palpasi: Meraba sekeliling putting susu untuk mengetahui adanya rabas. Bila ditemukan rabas, identifikasi sumber, jumlah, warna, konsestensi rabas tersebut dan nyeri tekan.
  1. Pengkajian Abdomen
a.         Inspeksi: Mengetahui bentuk dan gerakan-gerakan abdomen, kontur permukaan abdomen, adanya retraksi, penonjolan, serta ketidaksimetrisan.
b.        Palpasi: bentuk, ukuran, konsistensi organ, dan struktur di dalam abdomen.
c.         Perkusi: mendengar atau mendeteksi adanya gas, cairan, atau masa di dalam abdomen.
d.        Auskultasi: mendengar dua suara abdomen yaitu bising usus (peristaltic).




  1. Pengkajian Alat Kelamin
1.    Alat Kelamin Pria
a.         Inspeksi: Rambut pubis, penyebarannya dan pola pertumbuhannya, kulit, ukuran, adanya kelainan lain yang tampak pada penis, inspeksi skrotum dan perhatikan  bila ada tanda kemerahan, bengkak, ulkus, ekskoriasi, atau nodular.
b.        Palpasi: Nyeri tekan, benjolan, kemungkinan adanya cairan kental yang keluar, palpasi skrotum dan testis, perhatikan ukuran, konsistensi, bentuk, dan kelicinannya. Testis normal (teraba elastic, licin, tidak ada benjolan atau masa). Palpasi epididimis dari pucuk testis kebelakang. Normalnya (lunak). Palpasi saluran sperma yang terasa lebih keras daripada epididimis.
2.    Alat Kelamin Wanita 
a.         Inspeksi: Amati rambut pubis, distribusi dan jumlahnya, amati kulit dan area pubis, buka dan amati labia mayora, labia minora, klitoris, dan meatus uretra.
b.        Palpasi: Meraba dinding vagina untuk mengetahui adanya nyeri tekan. Palpasi serviks dan perhatikan posisi, ukuran, konsistensi, regularitas, mobilitas dan nyeri tekan.
  1. Pengkajian Sistem Muskuloskeletal (Otot, Tulang dan Persendian)
1.         Otot
a.       Inspeksi: Ukuran, amati otot dan tendon.
b.      Palpasi: Tonus otot, kelemahan (flaksiditas).
2.         Tulang
a.       Inspeksi: Amati susunan tulang dan deformitas
b.      Palpasi: Edema atau nyeri tulang.
3.         Persendian
a.       Inspeksi: Amati untuk mengetahui adanya gangguan persendian.
b.      Palpasi: Nyeri tekan, gerakan, bengkak, krepitasi, dan nodular.







2 komentar: